(Flashfiction) Tapi

Dairy masih terus berlari. Terusan gaun putih berhias mutiara-mutiara peraknya seakan menyapu jalan mengikuti gerak langkah kedua kakiny...


Dairy masih terus berlari. Terusan gaun putih berhias mutiara-mutiara peraknya seakan menyapu jalan mengikuti gerak langkah kedua kakinya yang telanjang. Ditentengnya kedua selop silver bercorak bunga dan tangan satunya mengangkat rendah bawah gaunnya.  Ia terus berlari sambil sesekali menengok ke belakang dengan raut khawatir. Jalanan yang ia telusuri tiba-tiba menyepi. Sekali lagi, ia menoleh ke belakang, dan tak menemukan apa-apa, atau siapa-siapa. Dairy menoleh ke sekeliling dan kemudian melangkah gontai ke pepohonan samping jalan.
Kakinya terhenti di depan sebuah pohon beringin besar. Dairy menjatuhkan kedua selopnya ke tanah tanpa memakainya kembali. Dipejamkan matanya dan kedua tangannya dikepal erat-erat.

“Kelinci putih! Muncul! Kelinci putih!!! Bawa aku ke wonderland! Bawa aku kemana pun!”
“Kelinci putih!!!!” 

Dairy membuka mata. Mimik wajahnya semakin khawatir karena sekelilingnya tak berubah. Namun ia tak putus asa, dipejamkan lagi kedua matanya dan meminta pada-entah-siapa agar kelinci putih itu datang.

“Dairy!!”

Matanya terbuka. Dairy menoleh ke belakang, dan sosok gadis menggunakan light peach mini dress ada disana. Rambut panjangnya di kepang.

“Lo gila ya! Ngapain coba kayak gitu!”

Marsha menghampiri Dairy dengan gusar.

“Lo kan tau gue nggak sayang sama Klave! Dan gue nggak mau nikah sama dia!”
“Ya trus lo harus lari kabur bikin orang-orang panik gitu dengan tujuan ke wonderland? Ini Jakarta, Ry!! Jakarta Selatan! Tebet! Yang banyak bajai! Yang kadang-kadang kena banjir lima tahun sekali!”

Marsha menatap Dairy tajam.

“Elo kan tau..”, Dairy meringis

“Gue nggak mau nyakitin elo Sha”

Dairy menghempaskan tubuhnya ke arah Marsha. Membiarkan tangisnya habis dalam pelukan Marsha. Marsha menggeleng pelan.
“Engga Ry, gue ikhlas kalau untuk sahabat gue”
Marsha memejamkan matanya. Masih terus menahan air matanya yang rasanya tak sabar ingin tumpah ke pipinya.

*****


“Mama benar-benar kecewa! Kamu pikir keren, saat hari H pernikahanmu kamu malah kabur? Membuat semua orang bingung!”

Ruang tamu tiba-tiba berubah menjadi ruang sidang. Dairy menunduk. Make up-nya semakin tipis karena luntur, basah oleh air matanya. Setelannya sudah diganti dengan celana denim ¾ dan t-shirt putih polos bergambar symbol hati di tengahnya. Di sebelah kanannya, ada Marsha yang ikut menunduk, dan di sebelah sofa Marsha, Klave masih dengan kemeja putih berbalut jas hanya bisa bertopang dagu. Dari raut wajahnya, tersimpan kekecewaan yang luar biasa.

“Maaf, Ma. Tapi aku…”
“Masih saja pakai tapi-tapian!”

Mama Dairy menjawab ketus. Dari seberang, Klave perlahan mengadahkan kepalanya. Tak sabar ingin tahu penjelasan Dairy, tapi mulutnya diam saja. Mama Dairy yang masih mengenakan kebaya merah bermotif bunga dan angsa mondar-mandir sambil terus memegangi kepalanya, persis seperti orang yang sangat pusing. Dan ia memang benar-benar sedang pusing.

“Klave kurang apa sih, Ry? Dia kaya, ganteng, baik!“

“Ya tapi aku sayangnya sama Marsha, Ma!”

Marsha menoleh. Klave menoleh. Mama Dairy pingsan. 






Zamilla Alfajri F, 2014

You Might Also Like

4 comments

  1. yes. gua berhasil tebak endingnya di pertengahan cerita. wahaha. keren nih. apalagi pembukaannya dengan lari-larian menuju wonderland. gokil. imajinasinya mantep

    ReplyDelete
  2. Yiakkss ketebak >< hehe makasih sudah baca kak :D

    ReplyDelete
  3. Coba dia ga ngomong gitu, pasti bikin penasaran deh tapi tetep keren kok :3

    ReplyDelete
  4. hmm ketara banget ya? oke2 makasih btw :)

    ReplyDelete