fiction
flashfiction
(Flashfiction) Tapi
March 21, 2014
Dairy masih terus
berlari. Terusan gaun putih berhias mutiara-mutiara peraknya seakan menyapu
jalan mengikuti gerak langkah kedua kakinya yang telanjang. Ditentengnya kedua selop
silver bercorak bunga dan tangan satunya mengangkat rendah bawah gaunnya. Ia terus berlari sambil sesekali menengok ke
belakang dengan raut khawatir. Jalanan yang ia telusuri tiba-tiba menyepi. Sekali
lagi, ia menoleh ke belakang, dan tak menemukan apa-apa, atau siapa-siapa. Dairy
menoleh ke sekeliling dan kemudian melangkah gontai ke pepohonan samping jalan.
Kakinya terhenti di
depan sebuah pohon beringin besar. Dairy menjatuhkan kedua selopnya ke tanah
tanpa memakainya kembali. Dipejamkan matanya dan kedua tangannya dikepal
erat-erat.
“Kelinci putih! Muncul!
Kelinci putih!!! Bawa aku ke wonderland! Bawa aku kemana pun!”
“Kelinci putih!!!!”
Dairy membuka mata.
Mimik wajahnya semakin khawatir karena sekelilingnya tak berubah. Namun ia tak
putus asa, dipejamkan lagi kedua matanya dan meminta pada-entah-siapa agar
kelinci putih itu datang.
“Dairy!!”
Matanya terbuka. Dairy
menoleh ke belakang, dan sosok gadis menggunakan light peach mini dress ada disana. Rambut panjangnya di kepang.
“Lo gila ya! Ngapain
coba kayak gitu!”
Marsha menghampiri Dairy
dengan gusar.
“Lo kan tau gue nggak
sayang sama Klave! Dan gue nggak mau nikah sama dia!”
“Ya trus lo harus lari
kabur bikin orang-orang panik gitu dengan tujuan ke wonderland? Ini Jakarta,
Ry!! Jakarta Selatan! Tebet! Yang banyak bajai! Yang kadang-kadang kena banjir
lima tahun sekali!”
Marsha menatap Dairy
tajam.
“Elo kan tau..”, Dairy meringis
“Gue nggak mau nyakitin elo Sha”
Dairy menghempaskan
tubuhnya ke arah Marsha. Membiarkan tangisnya habis dalam pelukan Marsha. Marsha
menggeleng pelan.
“Engga Ry, gue ikhlas kalau untuk sahabat gue”
Marsha memejamkan matanya.
Masih terus menahan air matanya yang rasanya tak sabar ingin tumpah ke pipinya.
*****
“Mama benar-benar
kecewa! Kamu pikir keren, saat hari H pernikahanmu kamu malah kabur? Membuat
semua orang bingung!”
Ruang tamu tiba-tiba
berubah menjadi ruang sidang. Dairy menunduk. Make up-nya semakin tipis karena
luntur, basah oleh air matanya. Setelannya sudah diganti dengan celana denim ¾
dan t-shirt putih polos bergambar symbol hati di tengahnya. Di sebelah
kanannya, ada Marsha yang ikut menunduk, dan di sebelah sofa Marsha, Klave
masih dengan kemeja putih berbalut jas hanya bisa bertopang dagu. Dari raut
wajahnya, tersimpan kekecewaan yang luar biasa.
“Maaf, Ma. Tapi aku…”
“Masih saja pakai
tapi-tapian!”
Mama Dairy menjawab
ketus. Dari seberang, Klave perlahan mengadahkan kepalanya. Tak sabar ingin
tahu penjelasan Dairy, tapi mulutnya diam saja. Mama Dairy yang masih
mengenakan kebaya merah bermotif bunga dan angsa mondar-mandir sambil terus
memegangi kepalanya, persis seperti orang yang sangat pusing. Dan ia memang
benar-benar sedang pusing.
“Klave kurang apa sih,
Ry? Dia kaya, ganteng, baik!“
“Ya tapi aku sayangnya sama Marsha, Ma!”
Marsha menoleh. Klave
menoleh. Mama Dairy pingsan.
Zamilla Alfajri F, 2014
4 comments
yes. gua berhasil tebak endingnya di pertengahan cerita. wahaha. keren nih. apalagi pembukaannya dengan lari-larian menuju wonderland. gokil. imajinasinya mantep
ReplyDeleteYiakkss ketebak >< hehe makasih sudah baca kak :D
ReplyDeleteCoba dia ga ngomong gitu, pasti bikin penasaran deh tapi tetep keren kok :3
ReplyDeletehmm ketara banget ya? oke2 makasih btw :)
ReplyDelete