fiction
flashfiction
(Flashfiction) Modem
March 21, 2014Fauzia masih terus menunduk. Menelungkupkan lututnya dan memeluknya erat-erat. Ketika kesedihan paling larut menimpa, biasanya ia akan memeluk dirinya sendiri. Terdengar isak tangisnya yang belum juga reda.
“Bisa nggak sih kamu nggak pergi?!!”
Fauzia mengadahkan kepalanya. Kedua tangannya bergantian menghapus air mata dipipinya. Beranjak berdiri, kemudian setengah berlari menghampiri Darren yang terus merasa bersalah di dekat jendela.
Fauzia mengadahkan kepalanya. Kedua tangannya bergantian menghapus air mata dipipinya. Beranjak berdiri, kemudian setengah berlari menghampiri Darren yang terus merasa bersalah di dekat jendela.
“Tapi orang tuaku udah atur semuanya”
Darren memalingkan wajahnya ke selipan tirai jendela yang terbuka sedikit. Melihat keluar jendela, di bawah, mama dan papanya sibuk memasukkan koper ke bagasi mobil.
“Ya kenapa nggak kamu tolak!”
“Ya aku kasianlah sama mereka!”
“Ya kenapa nggak kamu tolak!”
“Ya aku kasianlah sama mereka!”
“Ya kamu nggak kasian ama aku!”
“Ya aku takut mereka sakit hati!”
“Ya kamu pikir aku nggak sakit hati!”
“Kamu bisa tenang dikit nggak sih?!”
“Kalo kamu ke Tangerang bisa aku tenang! Ini kamu mau ke Jerman!”
“Ya kan nanti kita ketemu lagi!”
“Ya kalo kamu balik belum beristri!”
“Ya kan kita terus komunikasi setiap hari!”
“Ya kalo wifi depan rumah Pak RT lagi bener!”
“Kalo kamu ke Tangerang bisa aku tenang! Ini kamu mau ke Jerman!”
“Ya kan nanti kita ketemu lagi!”
“Ya kalo kamu balik belum beristri!”
“Ya kan kita terus komunikasi setiap hari!”
“Ya kalo wifi depan rumah Pak RT lagi bener!”
Darren terdiam sejenak.
“Yaudah nanti aku beliin modem Huawei E3276 LTE, ngga usah pake wifi lagi”
“Yaudah”.
Fauzia luluh. Tersenyum memeluk Darren dan melepas kepergian Darren dengan senang.
FF ini didedikasian buat temen saya dari TK- Fauzia Dwi Susiyanti a.k.a Dian.
Zamilla Alfajri F, 2014
0 comments