fiction
flashfiction
(Flashfiction) Akhirnya
March 02, 2014
“Dian,
mau dansa nggak?”
“Sama
kamu?”
Dian
menoleh lagi ke cowok itu. Tersenyum tersipu. Menaruh gelas berisikan red wine yang sedari tadi
dipegangnya, ke meja.
“Yaiyalah.
Masa sama bapak aku”
Cowok itu tertawa kecil. Diberikannya tangannya pada Dian. Lalu ia menggandeng Dian ke tengah-tengah ruang dansa yang berisikan 9-10 pasangan.
“Kamu
kok tau aku Dian?”, Tanya Dian, namun
dijawab hanya dengan sebuah senyuman dari cowok itu.Cowok itu tertawa kecil. Diberikannya tangannya pada Dian. Lalu ia menggandeng Dian ke tengah-tengah ruang dansa yang berisikan 9-10 pasangan.
“Cantik kamu udah terpancar walau diliat dari 10 km”
Anjrit. Siapa nih orang??! Roman-romannya sih dia ganteng. Kedengeran dari suaranya yang
berat-berat jazz basah bergairah. Di sekolah kan juga siswa cowoknya ganteng
semua, paling yang jelek juga si Farid. Itu juga item manis, tapi bokapnya kan
tajir. Dia siapa ya, kok kenal gue? Kayaknya dia sudah naksir gue selama 3
tahun deh dan sekarang dia bakal nembak gue. Anjrit. Gue deg-degan. Akhirnya happy
ending gue terwujud di prom malam ini. Akkk akhirnya! Kisah hidup gue kayak di ftv.
Ujar Dian dalam hati sambil mengembangkan senyum terbaiknya.
Ujar Dian dalam hati sambil mengembangkan senyum terbaiknya.
Cowok
itu kemudian menautkan kedua tangannya ke pinggang ramping Dian yang berbalut
dress vintage berwarna putih polos. Mereka berdua berdansa beriringan lagu Behind The Star yang
dinyanyikan langsung oleh Adrian Martadianata, di tapedeck maksudnya.
"Back to the days where I'm counting the years
Clock never seems to alive
And all I can do is believe what she said
Love never goes to sleep.."
“Aku..
kenal sama kamu?”
Ujar
Dian setengah berbisik.
“Tiap
hari kita ketemu, tiap hari aku sapa kamu”
Jawab
cowok itu.
Ah! Hati
Dian makin tidak karuan. Secara tak sadar, ia menyunggingkan senyum yang sangat lebar. Mengakibatkan
topeng bermotif kupu-kupu dengan detail bintang keemasan disekitar bagian atas matanya
terangkat sedikit di wajahnya. Akhirnya terlihatlah sedikit gigi-giginya. Sambil masih mengalungkan kedua tangannya pada
cowok itu, Dian berpikir. Mengira-ngira, menebak-nebak.
Siapa
cowok ini? Jangan-jangan Fajri, ketua OSIS yang sekelas dengannya, yang
begitu ramah sampai setiap pagi juga selalu menyapa Dian. Dan murid lain juga
tentunya. Atau dia ini Erick? Kapten tim basket yang eksis luar biasa, yang setiap bertemu, dia juga selalu tersenyum pada
Dian karena Dian adalah ketua cheers di sekolah. Atau jangan-jangan Nabil yang
duduk diseberangnya, ketua eskul musik, yang jago bermain gitar, yang selalu
diimpikan Dian, kapan dia akan membuat lagu untuknya?
“Kamu…
Siapa?”
“Syaratnya,
kamu jawab dulu pertanyaanku, baru kujawab pertanyaanmu”
Dian
mengernyit.
“Kok
gitu?”
“Abis
kadang kamu suka sombong”
Dian
tersenyum. Anjrit. Siapa sih nih cowok. Tanyanya dalam hati.
“Apa
pertanyaannya?”
Cowok
itu menghentikan langkahnya.
“Kamu
mau jadi pacarku nggak?”
Dian
terkesiap. AAAAAAAAKKKK. AKHIRNYA.
“Kamu
aja siapa aku nggak tahu”
Mereka
masih berdiam di tempat. Masih saling menatap. Tapi Dian sudah terlanjur
mengira cowok ini adalah Fajrian, Erick, atau Nabil. Jadi.....
“Oke.
Aku terima kamu”. Ujar Dian tertawa. “Sekarang kasih tahu aku”
Cowok
itu tersenyum bahagia. Makin manis saja dilihatnya. Perlahan ia melepaskan
tautannya pada Dian. Perlahan pula ia membuka topeng di wajahnya.
Oh.
Dia Etoy. Yang punya tahi lalat besar di atas hidungnya. Tetangga Pak Umar, mantan tukang kebersihan di sekolah yang sekarang memang digantikan oleh Etoy. Yang memang setiap hari bertemu Dian
dan selalu menyapa Dian, namun selalu Dian acuhkan. Namun akhir-akhir ini Etoy dikenal sedang sakit jiwa. Dia berada di prom ini
untuk nantinya membersihkan tempat ketika acara sudah
selesai. Dan kali ini, Etoy berhasil membuat ketua cheerleader yang paling cantik ini menjadi
pacarnya. Akhirnya.
Zamilla Alfajri F, 2014
0 comments