(Flashfiction) Akhirnya

“Dian, mau dansa nggak?”             Dian menoleh, di sampingnya berdiri seorang pria memakai setelan kemeja putih polos dan celana ...


“Dian, mau dansa nggak?”

            Dian menoleh, di sampingnya berdiri seorang pria memakai setelan kemeja putih polos dan celana jeans hitam. Tak ketinggalan pula wajahnya dihiasi topeng berwarna gold dan silver yang hanya menutupi dahi sampai hidungnya. Di antara temaram lampu, Dian bisa melihat senyum cowok itu sangat manis. Dian menoleh ke sekelilingnya. Icha lagi sibuk colek-colekan sama mantannya. Mita, bolak-balik angkat telfon dari cowoknya. Zamilla, lagi asyik ngobrolin apaan tau sama pacar barunya. Dian tersenyum. Emangnya kalian doang yang asik ama cowok, gue juga bisa! Diajak dansa lagi. Huh! Batin Dian dalam hati.

            “Sama kamu?”

            Dian menoleh lagi ke cowok itu. Tersenyum tersipu. Menaruh gelas berisikan red wine yang sedari tadi dipegangnya, ke meja.

            “Yaiyalah. Masa sama bapak aku” 
Cowok itu tertawa kecil. Diberikannya tangannya pada Dian. Lalu ia menggandeng Dian ke tengah-tengah ruang dansa yang berisikan 9-10 pasangan. 
             “Kamu kok tau aku Dian?”, Tanya Dian,  namun dijawab hanya dengan sebuah senyuman dari cowok itu.
            “Cantik kamu udah terpancar walau diliat dari 10 km”

            Anjrit. Siapa nih orang??! Roman-romannya sih dia ganteng. Kedengeran dari suaranya yang berat-berat jazz basah bergairah. Di sekolah kan juga siswa cowoknya ganteng semua, paling yang jelek juga si Farid. Itu juga item manis, tapi bokapnya kan tajir. Dia siapa ya, kok kenal gue? Kayaknya dia sudah naksir gue selama 3 tahun deh dan sekarang dia bakal nembak gue. Anjrit. Gue deg-degan. Akhirnya happy ending gue terwujud di prom malam ini. Akkk akhirnya! Kisah hidup gue kayak di ftv
Ujar Dian dalam hati sambil mengembangkan senyum terbaiknya.

            Cowok itu kemudian menautkan kedua tangannya ke pinggang ramping Dian yang berbalut dress vintage berwarna putih polos. Mereka berdua berdansa beriringan lagu Behind The Star yang dinyanyikan langsung oleh Adrian Martadianata, di tapedeck maksudnya.

"Back to the days where I'm counting the years
Clock never seems to alive
And all I can do is believe what she said
Love never goes to sleep.."

            “Aku.. kenal sama kamu?”
            Ujar Dian setengah berbisik.

            “Tiap hari kita ketemu, tiap hari aku sapa kamu”
            Jawab cowok itu.

            Ah! Hati Dian makin tidak karuan. Secara tak sadar, ia menyunggingkan senyum yang sangat lebar. Mengakibatkan topeng bermotif kupu-kupu dengan detail bintang keemasan disekitar bagian atas matanya terangkat sedikit di wajahnya. Akhirnya terlihatlah sedikit gigi-giginya. Sambil masih mengalungkan kedua tangannya pada cowok itu, Dian berpikir. Mengira-ngira, menebak-nebak.

            Siapa cowok ini? Jangan-jangan Fajri, ketua OSIS yang sekelas dengannya, yang begitu ramah sampai setiap pagi juga selalu menyapa Dian. Dan murid lain juga tentunya. Atau dia ini Erick? Kapten tim basket yang eksis luar biasa, yang setiap bertemu, dia juga selalu tersenyum pada Dian karena Dian adalah ketua cheers di sekolah. Atau jangan-jangan Nabil yang duduk diseberangnya, ketua eskul musik, yang jago bermain gitar, yang selalu diimpikan Dian, kapan dia akan membuat lagu untuknya? 

            “Kamu… Siapa?”

            “Syaratnya, kamu jawab dulu pertanyaanku, baru kujawab pertanyaanmu”

             Dian mengernyit.
            “Kok gitu?”

            “Abis kadang kamu suka sombong”

            Dian tersenyum. Anjrit. Siapa sih nih cowok. Tanyanya dalam hati.
            “Apa pertanyaannya?”

            Cowok itu menghentikan langkahnya.
            “Kamu mau jadi pacarku nggak?”

            Dian terkesiap. AAAAAAAAKKKK. AKHIRNYA.
            “Kamu aja siapa aku nggak tahu”

            Mereka masih berdiam di tempat. Masih saling menatap. Tapi Dian sudah terlanjur mengira cowok ini adalah Fajrian, Erick, atau Nabil. Jadi.....

            “Oke. Aku terima kamu”. Ujar Dian tertawa. “Sekarang kasih tahu aku”

            Cowok itu tersenyum bahagia. Makin manis saja dilihatnya. Perlahan ia melepaskan tautannya pada Dian. Perlahan pula ia membuka topeng di wajahnya.
            Oh. Dia Etoy. Yang punya tahi lalat besar di atas hidungnya. Tetangga Pak Umar, mantan tukang kebersihan di sekolah yang sekarang memang digantikan oleh Etoy. Yang memang setiap hari bertemu Dian dan selalu menyapa Dian, namun selalu Dian acuhkan. Namun akhir-akhir ini Etoy dikenal sedang sakit jiwa. Dia berada di prom ini untuk nantinya membersihkan tempat ketika acara sudah selesai. Dan kali ini, Etoy berhasil membuat ketua cheerleader yang paling cantik ini menjadi pacarnya. Akhirnya. 







Zamilla Alfajri F, 2014

You Might Also Like

0 comments