“Mengapa engkau terus menangis?” Diana melepaskan kedua tangannya yang menutupi hampir seluruh wajahnya. Mengadahkan kepalanya sedikit. ...

<
“Mengapa engkau terus menangis?” Diana melepaskan kedua tangannya yang menutupi hampir seluruh wajahnya. Mengadahkan kepalanya sedikit. Di hadapannya, ada seorang gadis yang sangat cantik seperti bidadari. “Pacarku…...” Ujar Diana masih terisak, sambil kembali menyembunyikan wajahnya. Tidak tahan dengan beban yang ia hadapi. Namun gadis yang berdiri di depannya itu bukan menunjukkan wajah iba, namun malah memasang wajah ketus. “Huh. Cowok itu banyak! Kamu nggak perlu nangis!” ...

Read More

Fauzia masih terus menunduk. Menelungkupkan lututnya dan memeluknya erat-erat. Ketika kesedihan paling larut menimpa, biasanya ia akan memel...

<
Fauzia masih terus menunduk. Menelungkupkan lututnya dan memeluknya erat-erat. Ketika kesedihan paling larut menimpa, biasanya ia akan memeluk dirinya sendiri. Terdengar isak tangisnya yang belum juga reda. ...

Read More

Dairy masih terus berlari. Terusan gaun putih berhias mutiara-mutiara peraknya seakan menyapu jalan mengikuti gerak langkah kedua kakiny...

<
Dairy masih terus berlari. Terusan gaun putih berhias mutiara-mutiara peraknya seakan menyapu jalan mengikuti gerak langkah kedua kakinya yang telanjang. Ditentengnya kedua selop silver bercorak bunga dan tangan satunya mengangkat rendah bawah gaunnya.  Ia terus berlari sambil sesekali menengok ke belakang dengan raut khawatir. Jalanan yang ia telusuri tiba-tiba menyepi. Sekali lagi, ia menoleh ke belakang, dan tak menemukan apa-apa, atau siapa-siapa. Dairy menoleh ke sekeliling dan kemudian melangkah gontai ke pepohonan samping jalan. Kakinya terhenti di depan sebuah pohon beringin besar. Dairy menjatuhkan kedua selopnya ke tanah tanpa memakainya kembali. Dipejamkan matanya dan kedua tangannya dikepal erat-erat....

Read More

“Dian, mau dansa nggak?”             Dian menoleh, di sampingnya berdiri seorang pria memakai setelan kemeja putih polos dan celana ...

<
“Dian, mau dansa nggak?”             Dian menoleh, di sampingnya berdiri seorang pria memakai setelan kemeja putih polos dan celana jeans hitam. Tak ketinggalan pula wajahnya dihiasi topeng berwarna gold dan silver yang hanya menutupi dahi sampai hidungnya. Di antara temaram lampu, Dian bisa melihat senyum cowok itu sangat manis. Dian menoleh ke sekelilingnya. Icha lagi sibuk colek-colekan sama mantannya. Mita, bolak-balik angkat telfon dari cowoknya. Zamilla, lagi asyik ngobrolin apaan tau sama pacar barunya. Dian tersenyum. Emangnya kalian doang yang asik ama cowok, gue juga bisa! Diajak dansa lagi. Huh! Batin Dian dalam hati.             “Sama kamu?”             Dian...

Read More