(Book) Remember When by Winna Effendi

Apa pun yang kau katakan, bagaimanapun kau menolaknya, cinta akan tetap berada disana, menunggumu mengakui keberadaannya. Bagi kita, senja...

Apa pun yang kau katakan, bagaimanapun kau menolaknya, cinta akan tetap berada disana, menunggumu mengakui keberadaannya.

Bagi kita, senja selalu sempurna; bukankah sia-sia jika menggenapkan warnanya? Seperti kisahmu, kau dan dia, juga kisahku, aku dan lelakiku. Tak ada bagian yang perlu kita ubah. Tak ada sela yang harus kita isi. Bukankah takdir kita sudah jelas?

Lalu, saat kau berkata, “Aku mencintaimu”, aku merasa senja tak lagi membawa cerita bahagia. Mungkinkah kata-katamu itu ambigu? Atau, aku saja yang menganggapnya terlalu saru?


“Aku mencintaimu”, katamu. Mengertikah kau apa artinya? Mengertikah kau kalau kita tak pernah bisa berada dalam cerita yang sama, dengan senja yang sewarna?

Takdir kita sudah jelas. Kau, aku, tahu itu.




Judul : Remember When 
Penulis : Winna Efendi 
Editor : Samira & Gita Romadhona
Penerbit : GagasMedia, 2011

Berkisah tentang empat orang remaja yang melewati masa-masa SMU mereka dengan suka-duka, ketidaksiapan, kejenuhan, ketidakjujuran, ketakutan untuk menyesal, dan kenekatan. Namun selalu semua itu di dasari atas “cinta”. 
Diawali ketika Moses akhirnya menyadari ia jatuh cinta kepada Freya, teman ceweknya yang memiliki potongan rambut hitam yang mencapai bahu serta kacamata berbingkai hitam yang sering meninggalkan bekas pada pangkal hidungnya. Yang merupakan teman sebangkunya.

“Mungkin itu jatuh cinta pada pandangan pertama. Mungkin itu hanya perasaan suka. Entah apalah. Yang jelas, aku merasakan sesuatu yang berbeda, sesuatu yang belum pernah aku rasakan seumur hidupku.” 

Sementara Adrian, sahabatnya ternyata menyukai Anggia. Anggia adalah cewek kelas X-I. Yang nggak suka pelajaran yang ribet-ribet itungannya, paling suka kelas olahraga dan senirupa karena dia seneng menggambar. Gia dan Adrian adalah 2 murid yang paling eksis di sekolah. Mereka selalu dapet kiriman bunga mawar di loker mereka dari siswa-siswa lain. Moses dan Adrian pun akhirnya sepakat berencana untuk nembak Freya dan Gia berbarengan di hari Senin. Dan, mereka pun jadian. Dikisahkan juga Erik, sahabat Freya yang sudah lama memendam rasa sama Gia. Meskipun Freya udah berkali-kali nasihatin Erik, dia tetep kekeuh pengen bersatu sama Gia. Erik selalu ngeluarin teori-teori jitunya ketika ia tidak ingin perasaannya dikalahkan oleh kenyataan. 

Dua tahun sudah berjalan dan mulai kejenuhan melanda. Khususnya melanda Adrian dan Freya. Kepada masing-masing pasangannya. Dimulai dari kecelakaan mamanya Adrian. Saat itu, Adrian merasa nyaman banget dekat Freya dan rasa itu muncul perlahan-lahan. Sampai akhirnya Adrian sadar kalo dia sudah bosen banget sama Gia, tapi tetap mempertahankan hubungannya soalnya kasihan sama Gia. Adrian juga ingat waktu itu Gia sudah pernah ngasih her virginity ke Adrian pas liburan di Bali. Sudah banyak moment-moment bersama Gia.


Review:
Winna Effendi mampu bikin cerita sederhana namun diksinya yang membuat cerita itu jadi luar biasa. Banyak adegan-adegan seru yang mengutak-atik emosi karena sudut pandangnya juga dari empat tokoh tersebut. Seperti saat rambut Freya yang di potong super pendek dan di cat merah sama Gia, lalu bikin Moses shock. Setiap percakapan seru Freya dan Erik di kantin sekolah. Lulus-lulusan sekolah, pelukan Adrian-Freya pas hujan, dan dikisahkan Anggia dewasa yang sedang mabuk bersama temannya di luar negeri. Namun gue agak bingung ketika membaca epilognya. Karena prolognya itu, seorang tokoh mulanya sedang membereskan barang-barang dan menemukan sebuah foto yang diteruskan dengan kisah remember when. Gue kira, epilognya, lanjutan dari tokoh awal di prolog tadi, menyatakan seperti itulah momen-momen beberapa tahun yang lalu bersama sahabatnya. Ternyata masih melanjutkan kisah flashback ini. Endingnya? Baca sendiri and you’ll get surprised :)



QUOTES

“When you make decisions, you deal with consequences. Don't expect anything in return.”

“Terkadang aku berharap dapat membaca hati orang. Melongok ke dalam sanubari mereka, membaca apa yang tertulis disana. Menghirup dalam - dalam keraguan mereka, mengecap asa yang tidak diucapkan, dan menggali alasan di setiap debar perasaan mereka...”

“Ada suatu saat kita tidak dapat memilih yang terbaik. Ada suatu saat di mana kita berbuat kesalahan, dan hidup dalam kenangan penuh penyesalan. Tapi saat ini, aku hanya ingin mengikuti kata hati - ke mana pun ia membawaku..”

"They all choose priorities. Even they got hurt and hurt each other, at the end they all choose whats important for them"

You Might Also Like

0 comments